Internasional

Museum NU Segera Miliki Katalog Online

Rab, 18 Desember 2013 | 03:06 WIB

Melbourne, NU Online
Museum Nahdlatul Ulama yang berlokasi di Surabaya akan segera memiliki katalog online. Dengan katalog yang bisa diakses secara terbuka ini, koleksi museum akan diketahui lebih luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga dari seluruh dunia.<>

“Dengan katalog online ini, warga NU bisa mengetahui koleksi apa yang sudah ada dan apa yang belum,” ujar Direktur Museum NU Achmad Muhibbin Zuhri. “Jika mereka memiliki dokumen kakek atau kiai tertentu yang menjadi tokoh NU di daerahnya, bisa segera dikirim secara online,” sambungnya.

Sistem katalog online ini akan segera dirasakan manfaatnya berkat kerjasama dengan Fasnetgama Training Center. Bertempat di KJRI Melbourne, Selasa (17/12), berlangsung penandatanganan MoU antara Direktur Museum NU dan Direktur Fasnetgama.

“Fasnet memiliki software katalog online yang diperlukan oleh Museum NU,” ujar Direktur Fasnetgama Muhammad Nur Rizal. “Dengan software tersebut memungkinkan museum menjadi hub bagi seluruh perpustakaan pesantren yang dimiliki oleh NU. Kami sangat senang dan bangga dengan kerjasama ini,“
Lanjut kandidat Ph.D bidang IT di Monash University itu.

Achmad Muhibbin yang kebetulan sedang berkunjung ke Victoria dalam rangka tugas dari kampus UIN Sunan Ampel, sangat terkejut sekaligus berbahagia dengan terwujudnya MoU itu. “Sungguh ini merupakan sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Alhamdulillah, semoga menjadi berkah bagi semuanya,” ujarnya tanpa bisa menutupi rasa harunya.

Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Konjen Melbourne Irmawan Emir Wisnandar, Konsul Muda Pensosbud Vitrio Naldi, dan Ketua Tanfidziyah PCINU Australia dan New Zealand (ANZ) Mokhamad Nur.

“Saya menyambut baik kerjasama semacam ini,” kata Emir Wisnandar. “Sudah saatnya wajah Islam Indonesia yang moderat seperti yang ditampilkan oleh NU diketahui secara lebih luas. Oleh karena itu, saya sangat berharap agar layanan online Museum NU ini segera dilengkapi dengan bahasa internasional.”

Dengan adanya katalog online ini, terbuka peluang bagi pelajar NU dari seluruh dunia untuk ikut melengkapi koleksi Museum. Sebagai pewaris keilmuan para ulama yang terus tersambung (sanad) dari mulai Nabi Muhammad hingga saat ini, NU perlu memiliki sejarah perkembangan Islam moderat yang komprehensif. “Saya kebetulan aktif dalam jejaring PCINU seluruh dunia, insyaallah akan saya kampanyekan ajakan ini begitu layanan online di museum sudah siap,” ujar Mokhamad Nur dengan penuh semangat.

Sementara Badrus Sholeh yang menjadi pendamping Achmad Muhibbin selama di Victoria menyatakan, “Sudah saatnya para santri mendapatkan alternatif lain di luar politik praktis, agar cakrawala berpikirnya semakin luas. Sistem online ini memungkinkan mereka mendapatkan horison pemikiran dari seluruh dunia. NU dan pesantren adalah citra Islam yang terbuka dan selalu mau belajar. Kita bukan kelompok yang statis, ekslusif dan jumud. Bantuan teknologi ini salah satu upaya kita mewujudkan wajah Islam yang rahmatan lil alamain.”

(Iip Yahya, kontributor NU Online untuk Australia dan New Zealand/Anam).